Rabu, 18 November 2020

Cost Benefit Analysis K3

(EKONOMI K3)

COST BENEFIT ANALYSIS (CBA) DALAM PROGRAM

PEMEBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT)

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1    Latar Belakang

Dunia perindustrian merupakan salah satu pencipta lapangan kerja yang potensial bagi penyerapan tenaga kerja, diantaranya industri rokok. Industri rokok banyak menyerap tenaga kerja khususnya tenaga kerja dengan tingkat keahlian dan pendidikan formal yang rendah. Hal ini sangat membantu upaya pemerintah dalam menekan angka pengangguran. Selain itu, industri rokok juga merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang cukup besar dengan pengenaan pajak atas hasil produksinya. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa industri rokok juga memberikan dampak yang kurang menguntungkan bagi kesehatan konsumen dan lingkungan sekitarnya, misalnya beban-beban biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya pengobatan sebagai akibat dari pengkonsumsian rokok dalam jangka waktu yang panjang, kesempatan kerja yang hilang karena kondisi kesehatan yang menurun sebagai akibat dari pengkonsumsian rokok, serangan secara tidak langsung terhadap kesehatan lingkungan sekitarnya atau perokok pasif (Likee, 2000)

Berdasarkan Undang-undang ketenagakerjaan no 15 tahun 2003 Pasal 86 ayat (1) UU Ketenagakerjaan 2003 menyebutkan bahwa pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas kesehatan kerja, yang diwujudkan dengan diselenggarakannya upaya keselamatan dan kesehatan kerja oleh perusahaan (Pasal 86 ayat (2) UU Ketenagakerjaan). Berdasarkan peraturan tersebut, maka perusahaan yang terpapar kimia untuk mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan (Pasal 3 ayat (1) huruf h UU Keselamatan Kerja). Salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan pekerja, perusahan memberikan tambahan susu bagi pegawai, dengan menganggarkan biaya yang perlu dikeluarkan untuk program makanan tambahan tersebut (PMT). Biaya PMT tentunya juga akan di analisis berapa biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diperoleh. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah upaya memberikan tambahan makanan dan untuk menambah asupan gizi untuk mencukupi kebutuhan gizi agar tercapainya status gizi yang baik (Kemenkes, 2017).

...

Menganalisis biaya untuk mengetahui menganggarkan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam program pemeberian makanan tambahan (PMT) dengan menggunakan “Cost Benefit Analysis”.

Analisis Biaya-Manfaat (CBA) adalah proses menggunakan teori, data, dan model untuk menguji produk, pengorbanan, dan kegiatan untuk menilai tujuan yang relevan dan solusi alternative. Analisis cost-benefit sering digunakan untuk memutuskan apakah suatu proyek atau kebijakan mampu memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Analisis cost-benefit ini dijadikan suatu alat dalam proses pengambilan keputusan guna mengevaluasi kelayakan suatu proyek atau kebijakan yang akan dilaksanakan dalam suatu negara.

1.2    Rumusan Masalah

1.        Apa definisi dari Cost Benefit Analysis?

2.        Apa langkah-langkah dasar Cost Benefit Analysis?

3.        Bagaimana metode Cost Benefit Analysis?

4.        Apa kelebihan dan kekurangan Cost Benefit Analysis?

5.        Bagaimana Penerapan Cost Benefit Analysis di suatu perusahaan?

1.3    Tujuan

1.        Untuk mengetahui definisi Cost Benefit Analysis.

2.        Untuk Mengetahui langkah-langkah dasar Cost Benefit Analysis.

3.        Untuk mengtahui metode Cost Bnefit Analysis.

4.        Untuk mengetahu kelebihan dan kekurangan Cost Benefit Analysis.

5.        Untuk mengetahu penerapan Cost Benefit Analysis di perusahaan.


BAB III

PEMBAHASAN

 

1.1    Studi Kasus

Suatu bagian produksi dalam perusahaan tembakau memiliki tingkat paparan bahan kimia yang sangat tinggi. Menurut berbagai data sekunder yang telah didapat dari perusahaan terkait, ternyata nilai ketidakhadiran sangat tinggi pada karyawan yang bekerja pada tempat tersebut. Berdasarkan data dapat diasumsikan setiap tahun terdapat sekitar 35 orang yang absen karena sakit dan mengeluh mengalami gangguan kesehatan.

            Perusahaan merencanakan untuk membuat rencana program PMT (Pemberian Makanan Tambahan) berupa susu UHT dan pisang hijau. Rencana program tersebut dibuat untuk membandingkan manfaat (benefit) yang didapat oleh perusahaan dan biaya (cost) yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk melaksanakan program tersebut.

            Pemberian Makanan Tambahan diharapkan dapat menambah asupan gizi untuk mencukupi kebutuhan gizi para pekerja, sehingga pekerja merasa lebih sehat saat bekerja dan dapat mengurangi angka absen para pekerja dalam setahun. Program ini dianggap sebagai program investasi kesehatan oleh perusahaan kimia yang memiliki risiko tinggi terpapar bahan kimia. Program PMT ini dilakukan setiap hari selama satu tahun untuk menetralisir racun pada tubuh akibat paparan bahan kimia saat bekerja.

            Susu memiliki kandungan kalsium dan magnesium yang dapat membantu dan memperkuat tulang dan tubuh yang bermanfaat sebagai penetralisir racun yang ada dalam tubuh. Hal ini disebabkan kandungan pada susu mengandung antidotum yang bisa menangkap dan mengendapkan racun yang masuk ke dalam tubuh. Antidotum juga digunakan untuk mereka yang terkena overdosis akibat pengaruh obat (Khomsan, 2010).

            Pisang hijau merupakan buah dengan kandungan mineral kalium dan magnesium yang membuat serabut-serabut otot dan pembuluh darah relaks. Karena itu, pisang berkhasiat meredakan stres, mengoreksi tekanan darah, menurunkan risiko stroke dan merangsang detoks alami pada dalam tubuh. Selain memiliki banyak manfaat, pisang hijau sangat sering dijumpai dan harga terjangkau. Sehingga program PMT pada pekerja pelinting rokok ini menggunakan susu dan pisang sebagai pemenuh asupan gizi pekerja, serta perangsang detoks alami pada tubuh akibat dari paparan bahan kimia.

1.2    Rincian Biaya

Berikut adalah rincian biaya dalam penerapan metode CBA pada perencanaan program PMT:

1.        Rincian biaya Cost

Tabel 1. Biaya Investasi

No.

Biaya

Jumlah

Harga

1.

Lemari Es @ Rp.5.000.000

2 buah

Rp.10.000.000

2.

Mobil Pick Up Daihatsu Hi Max

1 unit

Rp.105.750.000

TOTAL BIAYA INVESTASI

Rp.115.750.000

            Pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk biaya investasi adalah pembelian dua buah lemari es dengan konsumsi energi sebesar 85 watt untuk penyimpanan susu UHT dan pisang yang telah dibeli, sehingga bisa tahan lama semenjak pembelian. Investasi selanjutnya adalah pembelian satu unit mobil pick up merk Daihatsu Hi Max untuk mengantar susu yang dibeli.

Tabel 2. Biaya Operasional

No.

Biaya

Jumlah

Harga

1.

Susu UHT @ Rp.4.100

39.300 buah

Rp. 161.130.000

2.

Pisang Hijau @ Rp.15.000

12 sisir x 235 hari

Rp. 42.300.000

3.

Gaji Pegawai @ Rp.2.500.000

2 Orang x 12 bulan

Rp. 60.000.000

4.

Listrik @ Rp.1.352

734,4 kWh/tahun

Rp. 2.013.398

5.

Bensin @ Rp.7650

38 Liter x 24

Rp. 6.976.800

TOTAL BIAYA OPERASIONAL

Rp. 272.420.198

            Pengeluaran biaya operasional dalam setahun mencapai Rp.272.420.198 dengan rincian pembelian susu UHT untuk satu tahun dengan total unit 39.300 adalah Rp.161.130.000. Pembelian pisang hijau dengan harga Rp.15.000 satu sisirnya, dan satu sisir terdiri dari 13 buah. Gaji pegawai yang telah ditunjuk sebagai kurir yang mengantarkan susu UHT setiap harinya. Biaya listrik dengan total penggunaan dua lemari es dalam setahun membutuhkan daya sebesar 734,4 kWh serta penggunaan bensin sebagai bahan bakar mobil pick up untuk mengantarkan susu yang telah dibeli dan diasumsikan mobil tersebut mengisi tanki bahan bakar penuh dua kali dalam sebulan.

            Pada tahun 2020 yang dapat dikatakan tahun ke 0 pada saat perencanaan program, tidak ada biaya untuk pemeliharaan barang atau alat investasi yang akan dibeli. Hal tersebut disebabkan perusahaan masih mempertimbangkan beberapa opsi yang diperlukan untuk memperoleh susu UHT tersebut. Biaya pemeliharaan dikeluarkan pada tahun ke 1 atau 2021 dengan mengkalikan harga awal dengan nilai depresiasi sebesar 10% pada variabel lemari es dan mobil pick up.

Tabel 3. Total Cost Tahun ke-0

VARIABEL

JUMLAH

Biaya Investasi

Rp.115.750.000

Biaya Operasional

Rp.272.420.198

Biaya Pemeliharaan

-

TOTAL COST

Rp.388.170.198

Tabel 4. Total Cost Tahun ke-1

VARIABEL

JUMLAH

Biaya Investasi

-

Biaya Operasional

Rp.291.505.048

Biaya Pemeliharaan

Rp.12.732.500

TOTAL COST

Rp.304.237.548

Pada tahun ke-1 tidak ada penambahan biaya investasi, karena pada tahun ke-0 sudah melakukan pengeluaran investasi, sehingga pada tahun ke 1 hanya menambahkan pada biaya pemeliharaan dengan nilai depresiasi 10% dari total harga barang pada variabel biaya investasi.

2.        Rincian Biaya Benefit

            Benefit pada program ini adalah mengurangi tingkat absen yang tinggi dikarenakan pekerja yang mengalami gangguan kesehatan dan untuk sementara tidak bisa bekerja. Dapat diasumsikan bahwa total pekerja yang absen bekerja adalah sebanyak 50 orang, yang artinya dalam setahun ada 50 pekerja yang tidak masuk dan tidak melakukan pekerjaannya melinting rokok. Apabila program PMT ini berhasil maka manfaat tidak langsung bagi perusahaan adalah produksi rokok yang dihasilkan meningkat.

Tabel 5. Rincian produksi rokok perorangan

 

Tahun ke-0 (2020)

Tahun ke-1 (2021)

Harga rokok per bungkus (Inflasi 10% tiap tahunnya

Rp.17.700

Rp.19.470

Target rokok yang dihasilkan per hari

1.000 batang

1.000 batang

Satu bungkus terdiri dari 20 batang rokok

500 bungkus rokok

500 bungkus rokok

Benefit yang didapat apabila PMT berhasil mengurangi tingkat absen pekerja adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Benefit yang didapat perusahaan secara tidak langsung

BENEFIT

Tahun ke-0 (2020)

Tahun ke-1 (2021)

Peningkatan jumlah produksi bungkus rokok

Rp.442.500.000

Rp.486.750.000

            Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa apabila perusahaan berhasil menurunkan tingkat absen pekerja sebanyak 50 orang, maka artinya perusahaan tersebut telah meningkatkan jumlah produksi bungkus rokok karena tidak ada jam kerja hilang yang diakibatkan oleh gangguan kesehatan yang dialami oleh pekerja. Pada tahun 2020 perusahaan akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp.442.500.000 dan pada tahun 2021 perusahaan akan menghasilkan Rp.486.750.000. Hal tersebut meningkat menyesuaikan dengan harga rokok yang mengalami kenaikan sebesar 10%.

3. Rasio Benefit dan Cost

Program layak untuk dilaksanakan apabila nilai BCR (Benefit Cost Ratio) >1. Sebelum menghitung ratio dari benefit dan nilai cost, harus dihitung Present Value tiap variabel terlebih dahulu.

 

Present Value

TAHUN

2020

2021

PV Benefit

Rp.442.500.000

Rp.423.260.750

PV Cost

Rp.388.170.198

Rp.304.237.548

Setelah diketahui nilai Present Value maka selanjutnya menghitung dan membandingkan nilai Ratio Benefit dan Cost.

 

TAHUN

2020

2021

Rasio Benefit dan Cost

1,14

1,60

Rasio perbandingan antara Present Value Benefit dan Present Value Cost pada tahun 2020 dan 2021 adalah 1,14 dan 1,60 yang artinya program tersebut layak untuk dilaksanakan karena menunjukkan hasil yang positif dan dapat memberikan keuntungan pada perusahaan.


BAB IV

KESIMPULAN

 

Dari analisa dan perhitungan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan antara lain sebagai berikut :

1.        Perusahaan merencanakan untuk membuat rencana program PMT (Pemberian Makanan Tambahan) berupa susu UHT dan pisang hijau. Rencana program tersebut dibuat untuk membandingkan manfaat (benefit) yang didapat oleh perusahaan dan biaya (cost) yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk melaksanakan program tersebut.

2.        Pada tahun ke-1 tidak ada penambahan biaya investasi, karena pada tahun ke-0 sudah melakukan pengeluaran investasi, sehingga pada tahun ke 1 hanya menambahkan pada biaya pemeliharaan dengan nilai depresiasi 10% dari total harga barang pada variabel biaya investasi.

3.        Program PMT ini berhasil maka manfaat tidak langsung bagi perusahaan adalah produksi rokok yang dihasilkan meningkat. Pada tahun 2020 perusahaan akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp.442.500.000 dan pada tahun 2021 perusahaan akan menghasilkan Rp.486.750.000. Hal tersebut meningkat menyesuaikan dengan harga rokok yang mengalami kenaikan sebesar 10%.

Rasio perbandingan antara Present Value Benefit dan Present Value Cost pada tahun 2020 dan 2021 adalah 1,14 dan 1,60 yang artinya program tersebut layak untuk dilaksanakan karena menunjukkan hasil yang positif dan dapat memberikan keuntungan pada perusahaan.


DAFTAR PUSTAKA

 

Kinanthi, Sholiq, dan Astuti, 2017. Analisis Kelayakan Investasi Sistem Informasi Pendistribusian Produk Menggunakan Metode Cost Benefit Analysis Pada PT.Guna Atmaja Jaya. Jurnal Teknik ITS.

Likee, 2000. Analisis Cost-Benefit Terhadap Industri Rokok di Indonesia. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan.

Rahmiyati,Abdillah, Susilowati, Anggaraini 2018. Cost Benefit Analysis (CBA) Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Susu Pada Karyawan di PT. Trisula Textile Industries Tbk Cimahi Tahun 2018. Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ergonomi dan Faal Kerja

Berikut saya sajikan contoh b agian tubuh yang tidak ergonomis beserta alasannya dari berbagai macam bidang  profesi, serta saran yang diber...