(EKONOMI
K3)
COST BENEFIT ANALYSIS (CBA) DALAM
PROGRAM
PEMEBERIAN
MAKANAN TAMBAHAN (PMT)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dunia perindustrian
merupakan salah satu pencipta lapangan kerja yang potensial bagi penyerapan
tenaga kerja, diantaranya industri rokok. Industri rokok banyak menyerap tenaga
kerja khususnya tenaga kerja dengan tingkat keahlian dan pendidikan formal yang
rendah. Hal ini sangat membantu upaya pemerintah dalam menekan angka
pengangguran. Selain itu, industri rokok juga merupakan salah satu sumber
pendapatan negara yang cukup besar dengan pengenaan pajak atas hasil
produksinya. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa industri rokok juga
memberikan dampak yang kurang menguntungkan bagi kesehatan konsumen dan
lingkungan sekitarnya, misalnya beban-beban biaya yang harus dikeluarkan untuk
biaya pengobatan sebagai akibat dari pengkonsumsian rokok dalam jangka waktu
yang panjang, kesempatan kerja yang hilang karena kondisi kesehatan yang
menurun sebagai akibat dari pengkonsumsian rokok, serangan secara tidak
langsung terhadap kesehatan lingkungan sekitarnya atau perokok pasif (Likee,
2000)
Berdasarkan Undang-undang
ketenagakerjaan no 15 tahun 2003 Pasal 86 ayat (1) UU Ketenagakerjaan 2003
menyebutkan bahwa pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
kesehatan kerja, yang diwujudkan dengan diselenggarakannya upaya keselamatan
dan kesehatan kerja oleh perusahaan (Pasal 86 ayat (2) UU Ketenagakerjaan).
Berdasarkan peraturan tersebut, maka perusahaan yang terpapar kimia untuk
mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun
psychis, peracunan, infeksi dan penularan (Pasal 3 ayat (1) huruf h UU
Keselamatan Kerja). Salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan pekerja,
perusahan memberikan tambahan susu bagi pegawai, dengan menganggarkan biaya
yang perlu dikeluarkan untuk program makanan tambahan tersebut (PMT). Biaya PMT
tentunya juga akan di analisis berapa biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang
diperoleh. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah upaya memberikan tambahan
makanan dan untuk menambah asupan gizi untuk mencukupi kebutuhan gizi agar
tercapainya status gizi yang baik (Kemenkes, 2017).
...
Menganalisis biaya
untuk mengetahui menganggarkan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam program
pemeberian makanan tambahan (PMT) dengan menggunakan “Cost Benefit Analysis”.
Analisis Biaya-Manfaat (CBA) adalah proses menggunakan teori, data, dan model untuk menguji produk, pengorbanan, dan kegiatan untuk menilai tujuan yang relevan dan solusi alternative. Analisis cost-benefit sering digunakan untuk memutuskan apakah suatu proyek atau kebijakan mampu memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Analisis cost-benefit ini dijadikan suatu alat dalam proses pengambilan keputusan guna mengevaluasi kelayakan suatu proyek atau kebijakan yang akan dilaksanakan dalam suatu negara.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa definisi dari Cost Benefit Analysis?
2.
Apa langkah-langkah dasar Cost Benefit
Analysis?
3.
Bagaimana metode Cost Benefit Analysis?
4.
Apa kelebihan dan kekurangan Cost
Benefit Analysis?
5.
Bagaimana Penerapan Cost Benefit
Analysis di suatu perusahaan?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui definisi Cost Benefit
Analysis.
2.
Untuk Mengetahui langkah-langkah dasar
Cost Benefit Analysis.
3.
Untuk mengtahui metode Cost Bnefit
Analysis.
4. Untuk mengetahu kelebihan dan kekurangan Cost Benefit Analysis.
5. Untuk mengetahu penerapan Cost Benefit Analysis di perusahaan.
BAB III
PEMBAHASAN
1.1
Studi Kasus
Suatu
bagian produksi dalam perusahaan tembakau memiliki tingkat paparan bahan kimia
yang sangat tinggi. Menurut berbagai data sekunder yang telah didapat dari
perusahaan terkait, ternyata nilai ketidakhadiran sangat tinggi pada karyawan
yang bekerja pada tempat tersebut. Berdasarkan data dapat diasumsikan setiap
tahun terdapat sekitar 35 orang yang absen karena sakit dan mengeluh mengalami
gangguan kesehatan.
Perusahaan merencanakan untuk
membuat rencana program PMT (Pemberian Makanan Tambahan) berupa susu UHT dan
pisang hijau. Rencana program tersebut dibuat untuk membandingkan manfaat (benefit) yang didapat oleh perusahaan dan biaya (cost) yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk melaksanakan
program tersebut.
Pemberian Makanan Tambahan
diharapkan dapat menambah asupan gizi untuk mencukupi kebutuhan gizi para
pekerja, sehingga pekerja merasa lebih sehat saat bekerja dan dapat mengurangi
angka absen para pekerja dalam setahun. Program ini dianggap sebagai program
investasi kesehatan oleh perusahaan kimia yang memiliki risiko tinggi terpapar
bahan kimia. Program PMT ini dilakukan setiap hari selama satu tahun untuk
menetralisir racun pada tubuh akibat paparan bahan kimia saat bekerja.
Susu memiliki kandungan kalsium dan
magnesium yang dapat membantu dan memperkuat tulang dan tubuh yang bermanfaat
sebagai penetralisir racun yang ada dalam tubuh. Hal ini disebabkan kandungan
pada susu mengandung antidotum yang bisa menangkap dan mengendapkan racun yang
masuk ke dalam tubuh. Antidotum juga digunakan untuk mereka yang terkena
overdosis akibat pengaruh obat (Khomsan, 2010).
Pisang hijau merupakan buah dengan
kandungan mineral kalium dan magnesium yang membuat serabut-serabut otot dan
pembuluh darah relaks. Karena itu, pisang berkhasiat meredakan stres,
mengoreksi tekanan darah, menurunkan risiko stroke dan merangsang detoks alami
pada dalam tubuh. Selain memiliki banyak manfaat, pisang hijau sangat sering
dijumpai dan harga terjangkau. Sehingga program PMT pada pekerja pelinting
rokok ini menggunakan susu dan pisang sebagai pemenuh asupan gizi pekerja,
serta perangsang detoks alami pada tubuh akibat dari paparan bahan kimia.
1.2
Rincian Biaya
Berikut
adalah rincian biaya dalam penerapan metode CBA pada perencanaan program PMT:
1.
Rincian biaya Cost
Tabel 1. Biaya
Investasi
No. |
Biaya |
Jumlah |
Harga |
1. |
Lemari Es @ Rp.5.000.000 |
2 buah |
Rp.10.000.000 |
2. |
Mobil Pick Up Daihatsu Hi Max |
1 unit |
Rp.105.750.000 |
TOTAL BIAYA INVESTASI |
Rp.115.750.000 |
Pengeluaran
yang harus dikeluarkan untuk biaya investasi adalah pembelian dua buah lemari
es dengan konsumsi energi sebesar 85 watt untuk penyimpanan susu UHT dan pisang
yang telah dibeli, sehingga bisa tahan lama semenjak pembelian. Investasi
selanjutnya adalah pembelian satu unit mobil pick up merk Daihatsu Hi Max untuk
mengantar susu yang dibeli.
Tabel 2. Biaya
Operasional
No. |
Biaya |
Jumlah |
Harga |
1. |
Susu UHT @ Rp.4.100 |
39.300 buah |
Rp.
161.130.000 |
2. |
Pisang Hijau @ Rp.15.000 |
12 sisir x 235 hari |
Rp. 42.300.000 |
3. |
Gaji Pegawai @ Rp.2.500.000 |
2 Orang x 12 bulan |
Rp. 60.000.000 |
4. |
Listrik @ Rp.1.352 |
734,4 kWh/tahun |
Rp. 2.013.398 |
5. |
Bensin @ Rp.7650 |
38 Liter x 24 |
Rp. 6.976.800 |
TOTAL BIAYA OPERASIONAL |
Rp. 272.420.198 |
Pengeluaran biaya operasional dalam
setahun mencapai Rp.272.420.198 dengan rincian pembelian susu UHT untuk satu
tahun dengan total unit 39.300 adalah Rp.161.130.000. Pembelian pisang hijau
dengan harga Rp.15.000 satu sisirnya, dan satu sisir terdiri dari 13 buah. Gaji
pegawai yang telah ditunjuk sebagai kurir yang mengantarkan susu UHT setiap
harinya. Biaya listrik dengan total penggunaan dua lemari es dalam setahun
membutuhkan daya sebesar 734,4 kWh serta penggunaan bensin sebagai bahan bakar
mobil pick up untuk mengantarkan susu yang telah dibeli dan diasumsikan mobil
tersebut mengisi tanki bahan bakar penuh dua kali dalam sebulan.
Pada tahun 2020 yang dapat dikatakan
tahun ke 0 pada saat perencanaan program, tidak ada biaya untuk pemeliharaan
barang atau alat investasi yang akan dibeli. Hal tersebut disebabkan perusahaan
masih mempertimbangkan beberapa opsi yang diperlukan untuk memperoleh susu UHT
tersebut. Biaya pemeliharaan dikeluarkan pada tahun ke 1 atau 2021 dengan
mengkalikan harga awal dengan nilai depresiasi sebesar 10% pada variabel lemari
es dan mobil pick up.
Tabel 3. Total Cost
Tahun ke-0
VARIABEL |
JUMLAH |
Biaya Investasi |
Rp.115.750.000 |
Biaya Operasional |
Rp.272.420.198 |
Biaya Pemeliharaan |
- |
TOTAL COST |
Rp.388.170.198 |
Tabel 4. Total Cost Tahun
ke-1
VARIABEL |
JUMLAH |
Biaya Investasi |
- |
Biaya Operasional |
Rp.291.505.048 |
Biaya Pemeliharaan |
Rp.12.732.500 |
TOTAL COST |
Rp.304.237.548 |
Pada
tahun ke-1 tidak ada penambahan biaya investasi, karena pada tahun ke-0 sudah
melakukan pengeluaran investasi, sehingga pada tahun ke 1 hanya menambahkan
pada biaya pemeliharaan dengan nilai depresiasi 10% dari total harga barang
pada variabel biaya investasi.
2.
Rincian Biaya Benefit
Benefit pada program ini adalah
mengurangi tingkat absen yang tinggi dikarenakan pekerja yang mengalami
gangguan kesehatan dan untuk sementara tidak bisa bekerja. Dapat diasumsikan
bahwa total pekerja yang absen bekerja adalah sebanyak 50 orang, yang artinya
dalam setahun ada 50 pekerja yang tidak masuk dan tidak melakukan pekerjaannya
melinting rokok. Apabila program PMT ini berhasil maka manfaat tidak langsung
bagi perusahaan adalah produksi rokok yang dihasilkan meningkat.
Tabel 5. Rincian
produksi rokok perorangan
|
Tahun ke-0 (2020) |
Tahun ke-1 (2021) |
Harga rokok per bungkus (Inflasi 10% tiap tahunnya |
Rp.17.700 |
Rp.19.470 |
Target rokok yang dihasilkan per hari |
1.000 batang |
1.000 batang |
Satu bungkus terdiri dari 20 batang rokok |
500 bungkus rokok |
500 bungkus rokok |
Benefit yang didapat
apabila PMT berhasil mengurangi tingkat absen pekerja adalah sebagai berikut :
Tabel 6. Benefit yang
didapat perusahaan secara tidak langsung
BENEFIT |
Tahun ke-0 (2020) |
Tahun ke-1 (2021) |
Peningkatan jumlah produksi bungkus rokok |
Rp.442.500.000 |
Rp.486.750.000 |
Berdasarkan tabel diatas dapat
dilihat bahwa apabila perusahaan berhasil menurunkan tingkat absen pekerja
sebanyak 50 orang, maka artinya perusahaan tersebut telah meningkatkan jumlah
produksi bungkus rokok karena tidak ada jam kerja hilang yang diakibatkan oleh
gangguan kesehatan yang dialami oleh pekerja. Pada tahun 2020 perusahaan akan
mendapatkan keuntungan sebesar Rp.442.500.000 dan pada tahun 2021 perusahaan
akan menghasilkan Rp.486.750.000. Hal tersebut meningkat menyesuaikan dengan
harga rokok yang mengalami kenaikan sebesar 10%.
3. Rasio Benefit
dan Cost
Program
layak untuk dilaksanakan apabila nilai BCR (Benefit
Cost Ratio) >1. Sebelum menghitung ratio dari benefit dan nilai cost,
harus dihitung Present Value tiap variabel
terlebih dahulu.
Present Value |
TAHUN |
|
2020 |
2021 |
|
PV Benefit |
Rp.442.500.000 |
Rp.423.260.750 |
PV Cost |
Rp.388.170.198 |
Rp.304.237.548 |
Setelah diketahui nilai
Present Value maka selanjutnya menghitung dan membandingkan nilai Ratio Benefit
dan Cost.
|
TAHUN |
|
2020 |
2021 |
|
Rasio Benefit dan Cost |
1,14 |
1,60 |
Rasio perbandingan antara Present Value Benefit dan Present Value Cost pada tahun 2020 dan 2021 adalah 1,14 dan 1,60 yang artinya program tersebut layak untuk dilaksanakan karena menunjukkan hasil yang positif dan dapat memberikan keuntungan pada perusahaan.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari analisa dan
perhitungan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan antara lain sebagai
berikut :
1.
Perusahaan
merencanakan untuk membuat rencana program PMT (Pemberian Makanan Tambahan)
berupa susu UHT dan pisang hijau. Rencana program tersebut dibuat untuk
membandingkan manfaat (benefit) yang
didapat oleh perusahaan dan biaya (cost)
yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk melaksanakan program tersebut.
2.
Pada tahun ke-1
tidak ada penambahan biaya investasi, karena pada tahun ke-0 sudah melakukan
pengeluaran investasi, sehingga pada tahun ke 1 hanya menambahkan pada biaya
pemeliharaan dengan nilai depresiasi 10% dari total harga barang pada variabel
biaya investasi.
3.
Program PMT ini
berhasil maka manfaat tidak langsung bagi perusahaan adalah produksi rokok yang
dihasilkan meningkat. Pada tahun 2020 perusahaan akan mendapatkan keuntungan
sebesar Rp.442.500.000 dan pada tahun 2021 perusahaan akan menghasilkan
Rp.486.750.000. Hal tersebut meningkat menyesuaikan dengan harga rokok yang
mengalami kenaikan sebesar 10%.
Rasio perbandingan antara Present Value Benefit dan Present Value Cost pada tahun 2020 dan 2021 adalah 1,14 dan 1,60 yang artinya program tersebut layak untuk dilaksanakan karena menunjukkan hasil yang positif dan dapat memberikan keuntungan pada perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Kinanthi, Sholiq, dan Astuti, 2017.
Analisis Kelayakan Investasi Sistem Informasi Pendistribusian Produk
Menggunakan Metode Cost Benefit Analysis Pada PT.Guna Atmaja Jaya. Jurnal
Teknik ITS.
Likee,
2000. Analisis
Cost-Benefit Terhadap Industri Rokok di Indonesia. Jurnal Manajemen &
Kewirausahaan.
Rahmiyati,Abdillah, Susilowati, Anggaraini 2018. Cost Benefit Analysis (CBA) Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Susu Pada Karyawan di PT. Trisula Textile Industries Tbk Cimahi Tahun 2018. Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar