Karya:
John W. Best
Disunting Oleh:
Drs. Sanapiah
Faisal
Drs. Mulyadi
Guntur Waseso
Penerbit “USAHA
NASIONAL” Surabaya-Indonesia
1982
BAB I (Makna Penelitian)
Dalam proses sejarah menuju metode
penemuan ilmiah, andil sillogisme (ilmu logika) tak dapat diabaikan. Dalam
hubungan ini, sandarannya ialah kekuatan nalar, kekuatan analisis yang kritis
melalui berfikir logis. Menurut Dewey, pola metode ilmu pengetahuan mengikuti
proses berikut ini:
1. Identifikasi
dan pembatasan masalah.
2. Memformulasikan
hipotesis.
3. Mengumpulkan,
mengorganisasikan dan menganalisis data.
4. Memformulasikan
kesimpulan-kesimpulan.
5. Verifikasi,
apakah sesuatu hipotesis ditolak, diterima ataukah dimodifikasi.
Suatu teori, pada dasarnya berisi penggambaran
hubungan sebab-akibat di antara variabel-variabel.
Antara penelitian dan metode ilmiah,
kadang-kadang dipersamakan artinya. Penyamaan dimaksud, dikarenakan banyaknya
elemen-elemen yang relatif sama di antara keduanya. Penelitian menuntut
obyektivitas baik didalam proses/pengukuran maupun penganalisaan/penyimpulan
hasil-hasilnya. Suatu kerja penelitian juga memerlukan proses yang intensif,
sistematik, terfokus dan lebih formal. Di samping itu, suatu kerja penelitian
dilakukan dalam rangka penemuan dan pengembangan bangunan pengetahuan
(pengembangan generalisasi, prinsip-prinsip, teori-teori yang memiliki kekuatan
deskripsi dan/atau prediksi).
Sedangkan metode ilmiah, yang
dipentingkan ialah aplikasi berfikir deduktif-induktif di dalam pemecahan
sesutu masalah. Dilihat dari tujuannya, penelitian dasar atau penelitian murni
berkepentingan dengan penemuan generalisasi-generalisasi atau prinsip-prinsip
di dalam rangka pengembangan teori-teori ilmu pengetahuan.
Penelitian
terapan berkepentingan dengan penemuan-penemuan yang berkenaan dengan aplikasi
dari sesuatu konsep-konsep teoritis tertentu. Jadi bersifat praktis, diperlukan
dalam rangka perbaikan atau penyempurnaan sesuatu produk atau proses tertentu,
dengan jalan menguji suatu konsep teoritis tertentu didalam menghadapi masalah
nyata di sesuatu situasi tertentu.
Artinya, hasil-hasil penelitian
dasar atau murni yang berupa teori-teori, oleh penelitian terapan diuji
aplikasinya guna kepentingan-kepentingan praktis tertentu.
Penelitian-penelitian pendidikan, umumnya tergolong penelitian jenis terapan
ini, yaitu guna mengembangkan generalisasi-generalisasi yang berkenaan dengan
proses belajar mengajar dan bahan-bahan pengajaran.
Tipe-tipe penelitian pendidikan, antara
lain:
1. Penelitian
historis, tujuannya untuk mendeskripsikan apa-apa yang telah terjadi.
Proses-prosesnya terdiri dari penyelidikan, pencatatan, analisis, dan
menginterpretasikan peristiwa-peristiwa masa lampau guna menemukan
generalisasi-generalisasi.
2. Penelitian
deskriptif, tujuannya untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini. Di dalamnya
terdapat upaya deskripsi, pencatatan, analisis, dan menginterpretasikan
kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada.
3. Penelitian
eksperimental, bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang akan terjadi bila
variabel-variabel tertentu dikontrol atau dimanipulasi secara tertentu. Fokus
perhatiannya pada hubungan-hubungan antar variabel.
Suatu
penelitian, pada dasarnya suatu kerja intelektual yang memerlukan kreativitas.
Hal ini perlu diingat dan disadari benar oleh para pembaca. Penguasaan
teknik-teknik dan proses-proses penelitian, tidaklah memberikan jaminan pada
keampuhan di keahlian dan kerja penelitian. Keterampilan-keterampilan tadi
hanyalah menolong bagi mereka yang tergolong kreatif dan ingin efisien didalam
pemecahan masalah-masalah yang dihadapinya.
BAB II (Pemilihan Masalah dan
Penyusunan Proposal Penelitian)
Proyek penelitian akademis, biasanya
dituntut melakukannya sebagai pra-syarat menyelesaikan sesuatu program studi di
Perguruan Tinggi, terutama untuk pengambilan gelar sarjana dan doktor. Motivasi
proyek penelitian yang diakukan, tidak selalu karena kuatnya dorongan untuk
melakukan penelitian itu sendiri. Susahnya lagi, keterbatasan waktu, dana, dan
pengalaman penelitian itu sendiri, juga ikut menghantui. Dengan faktor-faktor
itu, tentu saja ikut merintangi munculnya penelitian-penelitian bermutu yang
bisa diandalkan kontribusi penemuannya bagi khasanah teoritis dan praktis
kependidikan.
Bagi para peneliti pemula, pemilihan masalah yang
tepat merupakan soal yang dipandang sangat sukar. Para mahasiswa pemula tadi,
cenderung memilih masalah-masalah yang begitu luas lingkupnya, atau begitu
banyak aspeknya.
Suatu kerangka mengenai hal-hal penting yang mesti
dijelaskan dalam suatu usulan penelitian, antara lain:
1. Rumusan
Masalah
Dalam usulan penelitian, perlu ditegaskan dan
dirumuskan masalah yang akan diteliti. Penegasan tersebut, bisa berbentuk
pertanyaan, juga bisa berbentuk pernyataan deklaratif. Penegasan masalah
tersebut sekaligus menggambarkan fokus arah yang diikuti nantinya di dalam
proses suatu penelitian. Rumusan masalah haruslah cukup terbatas lingkupnya
sehingga memungkinkan penarikan kesimpulan yang tegas.
2. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
permasalahan yang dipertanyakan. Hipotesis dimaksud, mestilah menjadi landasan
logis dan pemberi arah kepada proses pengumpulan data serta proses penyelidikan
itu sendiri. Suatu hipotesis mestilah bisa membuat semakin jelasnya arah yang
ingin diuji dari suatu masalah. Suatu hipotesis yang baik mestilah punya
ciri-ciri berikut ini:
a.
Bisa diterima oleh akal sehat
b.
Konsisten dengan teori atau fakta yang
telah diketahui
c. Rumusannya dinyatakan sedemikian rupa
sehingga dapat diuji dan ditemukan benar-salahnya
d.
Dinyatakan dalam perumusan yang
sederhana dan jelas
3. Signifikansi
masalah
Signifikansi masalah, berhubungan dengan soal
kegunaan atau kemanfaatan serta urgensinya meneliti sesuatu masalah. Masalah
penelitian yang dipilih seyogyanyalah diuji kemanfaatan dan urgensinya, baik
dilihat dari kacamata teoritis maupun praktis.
4. Definisi,
Asumsi, dan Keterbatasan Penelitian
Istilah-istilah yang memungkinkan salah tafsir,
perlu ditegaskan batasan-batasannya. Kerangka acuan peneliti di dalam masalah yang
diteoliti, pada dasarnya dapat dilihat atau tercermin dari definisi-definisi
yang ditetapkan dan digunakannya.
5. Resume
Bahan Keputusan Yang Relevan
Dalam usuan suatu penelitian, seyognyalah memuat
rangkuman ringkas mengenai hasil-hasil penelitian sebelumnya serta
tulisan-tulisan para ahli, tentu saja yang relevan dengan permasalahan yang
bakal ditelitinya.
6. Perincian
Prosedur Penelitian Yang Diusulkan
Pada bagian ini, memuat keseluruhan rencana
penelitian. Di dalamnya memuat apa-apa yang mesti dan akan dilakukan, bagaimana
melakukannya, data apa yang diperlukan, apa dan bagaimana alat pengumpulan data
yang akan digunakan, bagaimana teknik-teknik memilih sumber-sumber datanya,
serta bagaimanakah datanya nanti dianalisis dan disimpulkan.
7. Jadwal
Kegiatan.
Jadwal kegiatan, juga perlu disiapkan dan ditegaskan
dalam usulan penelitian. Dengan adanya kegiatan, peneliti bisa memperhitungkan
waktu dan tenaganya secara efektif.
BAB III ( Penelitian Eksperimental)
Peneliti
mempunyai dua tujuan besar, yaitu:
1. Mesti
berusaha menentukan apakah faktor-faktor yang telah dimodifikasi benar-benar
memberikan/mempunyai pengaruh atau efek sistematis pada latar eksperimen, dan
apakah tampakan gejala/peristiwa yang diobservasi benar-benar tidak dipengaruhi
oleh faktor-faktor luar atau faktor-faktor yang tidak dikontrol.
2. Mesti
juga menentukan apakah hubungan-hubungan sistematis yang telah diidentifikasi,
dikontrol dan diukur itu dapat digeneralisasikan
Variabel-variabel
yang bukan merupakanperhatian langsung peniliti, dapat ditiadakan, minimal
diminimalkan pengaruhnya, yaitu melalui beberapa metoda. Metoda-metoda dimaksud
adalah:
1.
Meniadakan Variabel
2.
Penjodohan Kasus
3.
Penyeimbang Kasus
4.
Analisis Kovarian
Ada sejumlah faktor yang jelas membahayakan kekuatan
eksperimen di dalam mengevaluasi pengaruh atau efek-efek variabel bebas. Dalam
hubungan ini, Donald T Campbell dan Julian C Stanley telah membahas
faktor-faktor dimaksud beserta cara-cara mengatasi yang begitu tegas dan
mengagumkan. Faktor-faktor dimaksud antara lain:
1.
Kematangan
2.
Peristiwa Sewaktu-waktu
3.
Pengukuran Tak Stabil
4.
Regresi Statistik
5.
Pilihan Yang Berbeda
6.
Menguapnya Sampel Eksperimen
Rancangan
eksperimen pada dasarnya menggambarkan prosedur-prosedur yang memungkinkan
peneliti menguji hipotesis penelitiannya, tentu saja untuk mencapai
kesimpulan-kesimpulan yang sevalid mungkin mengenai hubungan sesuatu variabel
bebas dengan sesuatu variabel tergantung.
Rancangan
Pra-Eksperimen terdiri dari:
1.
Studi Bentuk Tunggal
2.
Rancangan Pretest-Posttest Kelompok
Tunggal
3.
Rancangan Perbandingan Kelompok Statik
Rancangan
Quasi-Eksperimental terdiri dari:
1.
Rancangan Pretest-Posttest Yang Tak
Ekuivalen
2.
Rancangan Pretest-Posttest Pada Kelompok
Tunggal Yang Materinya Ekuivalen
Rancangan Eksperimen Yang Sebenarnya terdiri dari:
1.
Rancangan Yang Hanya Posttest Pada
Kelompok Ekuivalen
2.
Rancangan Pretest-Posttest Pada
Kelompok-kelompok Ekuivaen
3.
Rancangan Empat Kelompok Solomon
Jadi, Eksperimen
merupakan suatu teknik yang ampuh di dalam upaya pemecahan masalah, tetapi
barangkali sesuai ditangani oleh peneliti-peneliti pemula.
BAB
IV (Studi Deskriptif)
Penelitian
deskriftif sering juga disebut penelitian non eksprerimen. Ia berkenaan
hubungan antara berbagai variabel. Menguji hipotesi, dan mengembangkan
generalisasi, prinsip atau teori-teori yng memiliki validitas universal.Asesman
dan Evaluasi terbagi sebagai berikut:
1. Survei
Metode survei
mengumpulkan data dari kasus-kasus yang relatif banyak jumnlahnya pada kurun
waktiu tertentu. Survei tidak berkenaan dengan karakteristik individu sebagai
individu. Survei berkenaan dengan statistik generalisasi yang dihasilkan bila
datanya diabstraksi dari sejumlah kasus individual. Pada dasarnya survei adalah
metode cross-sectional.
2. Studi
Kasus
Studi kasus berkenaan
dengan segala sesuatu yang baermakna dalam sejarah atau perkembangan kasus.
Tujuanya ialah untuk memahami siklus kehidupan dari suatu unit individu.
3. Survei
Sosial
Suatu survei sosial
yang cukup berarti ialah dilakukan pada tahun 1930-an di bawah pimpinan ahli
sosiologi Swedia, Gunner Myrdal. Almarhum Alfred Kinsey dari Universitas
Indiana melakukan suatu survei koprehensif terhadap tingkah laku seksual para
lelaki dan wanita kemudian dipublikasikan lima tahun kemudian. Meskipin banyak
menimbulkan kontroversi, namun menggambarkan pendekatan ilmiah yang penting.
Paul Witty menstudi kebiasaan nonton telivisi anak-anak sekolah, dan
menerbitkanya pada tahun 1950. Penelitian ini dilakukan di daerah Chicago.
4. Studi
Deskriptif dan Pemecahan dan Pemecahan Masalah
Jenis informasi yang
pertama, didasarkan atas kondisi masa sekarang. Jenis informasi yang kedua,
meanyangkut apa yang diinginkan. Ketiga, berkenaan bagaimana cara mencapainya.
5. Analisi
dokumen atau Analisis Isi
Analisis isi,
seringkali disebut analisis dokumen, adalah telaah sistematis atas
catatan-catatan atau dokumen-dokumen sebgai sumber data.
6. Studi
Waktu dan Gerak (Time and Motion Study)
Studi ini juga banyak
dilakukan dibidang industri, terdiri dari observasi dan pengukuran terhadap
gerakan-gerakan badan yang dilakukan oleh para pekerja sewaktu melaksanakan
tugas-tugas produksi.
7. Studi
Kecenderungan (Trend Study)
Studi kecenderungan
(atau studi prediktif), merupakan
penerapan metode diskriptif yang sangat menarik. Yang mendasarkan diri pada
pendekatan longitudinal terhadap data yang terekam.
8. Studi
Tindak-Lanjut (Follow-Up Study)
Studi ini meneliti
individu-individu yang telah lulus dari suatu program atau suatu sekolah. Yang
diteliti ialah apa yang telah terjadi pada mereka, Dan bagaimanakah dampak
lembaga dan programnya terhadap mereka.
9. Studi
genetik terhadap Anak-Anak Jenius
Studi ini dilaksanakan
di Universitas Stanford, di bawah pimpinan Doktor Lewis M. Terman, yang
dilakukan dalam lima tahap. Pusat perhatianya ialah sifat-sifat dan
perkembangan para anak jenius. Ada lima kriteria, yaitu sbb:
a. Subek
merupakan sampel unbiased.
b. Prosedurnya
harus seobyektif mungkin.
c. Hendaknya
subyek diawasi hingga dewasa.
d. Suatu
studi hendaknya dilakukan terhadap masa kanak kanak sekelompok represantasi
anak jenius.
e. Harus
berdasarkan fakta bukan sekedar tebakan.
10.
Keadaan Mental dan Fisik Seribu Anak
Jenius
Penelitian ini memakan
biaya 50 ribu dolar lebih, berasal dari Dana Persemakmuran dan dari Universitas
Stanford.
11.
Keadaan Mental Tigaratus Orang Jenius
Pada Masa Kanak-kanak
12.
Penelitian Tahap Ketiga (Enam Tahun
Setelah Tahap Pertama)
13.
Kelompok Jenius Setelah Dewasa
14.
Penelitian Tahap Kelima
BAB V (Alat
Pengumpulan Data)
Ada beberapa prinsip
yang harus diperhatikan agar item-item pertanyaan dalam angket mudah dipahami,
antara lain:
1. Hindari
kata atau istilah yang mudah disalah-artikan.
2. Hati-hati
memakai kata sifat atau kata keterangan yang maknanya belum disepakati.
3. Hati-hati
menggunakan lebih dari satu kata “tidak”.
4. Hindari
alternatif jawaban yang tidak lengkap.
5. Hindari
pertanyaan yang bercabang.
6. Garis-bawahi
kata-kata yang perlu diberi tekanan-khusus.
7. Hindari
asumsi-asumsi yang tidak relevan.
8. Susun
kalimat yang menghasilkan jawaban sempurna.
9. Berikan
kuantifikasi jawaban yang sistematis.
10. Hati-hati
mengklasifikasi jawaban responden.
Sebagai alat pengumpulan
data, observasi-langsung akan memberikan sumbangan yang sangat penting dalam
penelitian deskriptif. Observasi bisa digunakan secara efektif untuk melihat
kekuatan tim-tim yang akan saling berhadapan dalam kompetisi.
Analisis dan
interpretasi data menggambarkan penerapan cara berpikir deduktif dan induktif
pada proses penelitian. Data penelitian sering diklasifikasi dengan pembagian
menjadi sub-sub kelompok, dan kemudian dianalisis dan disintesis sedemikian rua
sehingga hipotesisnya bisa diterima atau ditolak. Hasil finalnya mungkin berupa
prinsip baru atau generalisasi. Data diuji dipandang dari segi perbandingan
antara bagian-bagian yang lebih homogien didalam keutuhan kelompok, dan dengan
membandingkannya dengan berbagai kriteria luar.
Keterbatasan dan
sumber-sumber kesalahan di dalam analisis dan interpretasi data yang dapat
mengancam keberhasilan suatu penelitian, yaitu:
1. Mengacaukan
pernyataan dengan fakta
Kesalahan umum ialah
mengacaukan “pendapat” dengan “fakta”.
2. Mengabaikan
keterbatasan
Tiap penelitian punya
implikasi kelemahan atau keterbatasan tentang kelompok atau situasi yang
digambarkannya.
3. Tabulasinya
ceroboh dan amatir
Bila orang dihadapkan
dengan setumpuk data, maka kesalahan pun menghadang.
4. Prosedur
statistiknya tidak tepat
Penggunaan prosedur
statistik yang “salah pilih” akan menyebabkan kesimpulannya tidak valid.
5. Kesalahan
menghitung
Karena manipulasi data
statistik sering melibatkan angka-angka yang cukup besar, maka selalu ada saja
peluang untuk melakukan kesalahan menghitung (baca: kesalahan pengangkaan).
6. Kesalahan
logika
Kategori yang ini
terletak pada pemikiran yang dimiliki oleh para peneliti.
7. Bias
peneliti secara tidak disadari
Meskipun obyektivitas
adalah tujuan akhir penelitian, tetapi hanya beberapa gelintir manusia sajalah yang
dapat mencapainya.
8. Kurangnya
imajinasi
Kualitas imajinasi
kreatif, akan membedakan peneliti yang sebenarnya, dengan pengumpulan data.
BAB VI (
Analisis Data Deskriptif)
Analisis statistik
adalah proses matematik untuk mengumpulkan, mengorganisasi, menganalisis dan
menafsirkan data angka. Ia merupakan salah satu daripada fase-fase dasar dalam
proses penelitian. Analisis statistik deskriptif mencakup deskripsi suatu
kelompok tertentu. Analisis statistik inferensial ditujukan ke arah “penilaian”
mengenai populasi, dengan mana sampel yang dipilih diduga memiliki hubungan.
Ada empat tingkat atau
skala pengukuran, dari deskripsi paling kasar sampai tingkat yang lebih rumit.
Sifat variabelnya dan ketepatan alat ukurnya, menentukan pengukuran yang
sesuai, antara lain:
1. Skala
Nominal
Merupakan metode
kuantifikasi tingkat terendah.
2. Skala
Ordinal
Merupakan urutan
kedudukan klasifikasi yang dinyatakan dalam lebih besar daripada atau lebih
kecil daripada.
3. Skala
Interval
Merupakan skala yang didasarkan
atas unit-unit pengukuran yang sama, yang menunjukkan besar atau kecilnya suatu
karakteristik atau sifat tertentu.
4. Skala
Rasio
Merupakan skala yang
memiliki interval yang sama sengan skala interval, tetapi masih memiliki dua
ciri tambahan.
Dalam menerapkan cara pengolahan
statistik, harus disadari adanya dua jenis data, yaitu:
1. Data
Parametrik
Data jenis ini adalah
data terukur, dan tes-tes statistiknya berasumsi bahwa data tersebut memiliki
distribusi normal atau mendekati normal.
2. Data
Nonparametrik
Data jenis ini dihitung
atau diranking. Tes nonparametrik, yang sering disebut tes bebas-distribusi,
tidak bersandar pada asumsi bahwa populasinya memiliki distribusi normal.
Dikenal dua jenis pengolahan
statistik, yaitu:
1. Analisis
Deskriptif
2. Analisis
Inferensial
Statistik adalah abdi
logika, bukan majikan logika. Statistik adalah alat penelitian, bukan tujuan
akhir penelitian. Kecuali kalau asumsi-asumsi dasarnya sudah valid, sudah
terkumpul, terekam, tertabulasi dengan cermat dan kecuali kalau analisis dan
interpretasinya memang logis, statistik tidak dapat berbuat banyak untuk
mencari dan mempersembahkan kebenaran.
Kesimpulan-kesimpulan
yang ditarik dari analisis statistik tidak akan lebih akurat atau lebih valid
ketimbang data aslinya. Sebagai kiasan, tidak peduli bagaimana teliti dan
rumitnya proses pencampuran atau pembuatannya.
BAB VII (
Analisis Data Inferensial)
Tujuan utama penelitian
ialah untuk menemukan prinsip-prinsip yang berlaku universal. Tetapi meneliti
populasi seluruhnya untu membuat generalisasi adalah tidak praktis. Jenis-jenis
sampel, antara lain:
1. Sampel
Random Sederhana
2. Sampel
Sistematis
3. Sampel
Random Berstrata
4. Sampel
Wilayah
5. Sampel
Insidental
6. Sampel
Statistik Parametrik
Tes nonparametrik atau tes bebas
distribusi digunakan bilamana:
1. Sifat
distribusi populasi tidak diketahui normal/tidaknya.
2. Variabel-variabelnya
berbentuk skala nominal.
3. Variabel-variabelnya
berbentuk skala ordinal.
Hipotesis nihil
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua parameter.
Hipotesis nihil berkaitan dengan penilaian apakah perbedaan yang nampak itu
memang perbedaan yang sebenarnya, ataukah semata-mata akibat dari kesalahan
sampling.
Menolak hipotesis nihil
atau hipotesis negatif merupakan tes logika yang kuat. Bukti yang tidak sesuai
dengan suatu hipotesis negatif tertentu akan memberikan dasar yang kuat untuk
menolaknya.
Statistik adalah alat
yang diperlukan oleh peneliti untuk membuat inferensi atau generalisasi
mengenai populasi atas dasar observasinya terhadap karakteristi-karakteristik
sampel. Meskipun sampel tidak merupakan “duplikat” karakteristik populasi,
danmeskipun sampel-sampel dari populasi yang sama akan tetap berbeda satu sama
lain, akan tetapi sifat variasinya dapat diprediksi.
Pengolahan data statistik
parametrik didasarkan atas asumsi-asumsi tertentu mengenai sifat distribusinya
dan jenis pengukuran yang digunakan. Pengolahan data statistik nonparametrik
memberi kemungkinan dilakukannya inferensi tanpa asumsi-asumsi mengenai sifat
distribusi datanya. Masing-masing teknik tersebut memberikan sumbangan yang
amat berharga dalam analisis hubungan data.
Keputusan-keputusan
statistik tidak dibuat atas dasar kepastian, melainkan atas dasar estimasi
probabilitas (kemungkinan). Dalil batas tengah, kesalahan sampling, varian,
hipotesis nihil, tingkat signifikansi, serta tes dua ekor dan tes satu ekor,
sudah dijelaskan dan digambarkan. Meskipun pembicaraan ini singkat dan tidak
begitu lengkap, tetapi penyajian berbagai konsep tersebut dapat cukup membantu
para konsumen peneliti dalam menelaah laporan-laporan penelitian.
BAB VIII
(Penelitian Sejarah)
Sejarah adalah
“rekaman” prestasi manusia. Ia bukan semata-mata daftar rentetan peristiwa
secara kronologis, melainkan gambaran mengenai berbagai hubungan yang
benar-benar manunggal antara manusia, peristiwa, saat dan tempat.
Mereka yang berpendapat
bahwa penelitian sejarah memiliki ciri-ciri aktivitas penelitian imiah,
mengemukakan argumen:
1. Sejarahwan
juga membatasi masalah, merumuskan hipotesis atau mengajukan pertayaan untuk
dijawab, mengumpulkan dan menganalisis data primer, menguji hipotesis, dan
merumuskan generalisasi atau kesimpulan.
2. Meskipun
sejarahwan tidak menyaksikan sendiri suatu peristiwa atau tidak mengumpulkan
data sendiri secara langsung, tetapi dia memiliki kesaksian sejumlah saksi yang
sudah mengamati peristiwanya dari tempat yang menguntungkan.
3. Dalam
mencapai kesimpulan, sejarahwan memakai prinsip-prinsip probabilitas yang sama
dengan prinsip probabilitas yang digunakan oleh para ahli ilmu eksakta.
4. Meskipun
sejarahwan tidak dapat mengontrol variabel secara langsung, tetapi kelemahan
ini pun mewarnai sebagian besar penelitian dalam ilmu-ilmu tingkah laku,
terutama penelitian non-laboratorium dalam sosiologi, psikologi sosial, dan
ekonomi.
Masalah yang dicakup
dalam proses penelitian sejarah, agak sulit dirumuskan. Kesulitannya yang utama
terletak paa pembatasan masalah agar dapat dilakukan suatu analisis yang
memuaskan.
Data sejarah, seperti
halnya data pada bidang-bidang lainnya, biasanya diklasifikasikan menjadi dua
kategori pokok, yakni:
1. Sumber
primer,cerita atau penuturan atau catatan para saksi mata.
2. Sumber
sekunder, cerita atau penuturan atau catatan mengenai suatu peristiwa yang
tidak disaksikan sendiri oleh pelapor.
Kritik sejarah adalah
penilaian atas dasar data primer. Kritik eksternal berkenaan dengan keaslian
peninggalan atau dokumen. Kritik internal berkenaan dengan keterpercayaan atau
relevansi bahan temuan. Kisah tentang Raksasa Cardiff, serta laporan tentang
Perkamen Laut Mati dan Batu gantung menggambarkan proses kritik sejarah.
Kritik sejarah terbagi menjadi dua,
yaitu:
1. Kritik
Eksternal
2. Kritik
Internal
Telaah terhadap
penelitian-penelitian sejarah sering mengungkapkan kelemahan yang serius. Yang
sering muncul ialah kesalahan seperti: perumusan masalah terlalu luas, sumber
data primernya tidak memadai, ketidak-mampuan melakukan kritik sejarah, kurang
logisnya analisis data, bias pribadi, dan tidak efektifnya penulisan laporan
penelitian sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar